Minggu, 28 September 2008


AIR MATA ROSULULLAH S.A.W

Tiba – tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucap salam.
“ Bolehkah saya masuk ?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
“maafkanlah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan seraya menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “ Siapakah itu wahai anakku ?” “ Tak tahulah ayahku, orang yang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rosulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah bagian demi bagian wajah anaknya hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rosulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rosulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “ Jibril, jelaskan apa hakku nanti
di hadapan Allah ?” tanya Rosulullah dengan suara yang amat lemah.

“ Pintu – pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga telah terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rosulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“ Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.
“ Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?” “Jangan khawatir, wahai Rosul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku : ‘ Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya ‘ “kata Jibril.

Detik semakin dekat ,saatnya Izroil melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rosulullah bersimbah peluh, urat – urat lehernya menegang. “ Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Perlahan Rosulullah mengaduh. Fatimah terpejam , Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “ Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril ?” Tanya Rosulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“ Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” Kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rosulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahan lagi.
“ Ya Allah, dasyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rosulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikumk bis sholati, wa maa malakat aimanuku
( peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.)”
di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutup tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rosulullah yang mulai kebiruan.
“ Ummatiy, Ummatiy, ummatiiiiy?” – “ Umatku, Umatku, Umatku “

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yangt memberi sinaran itu. Kini,
Mampukah kita mencintai sepertinya ?
Allahumma Sholli ‘ala Muhammad wa barik ‘alaa wa ‘alaihi
Betapa Cintanya Rosulullah kepada kita......

Pertanyaan yang terakhir,
” Cintakah kita kepada Beliau sebagaimana Beliau telah mencintai kita dengan segenap hatinya....??? ““ Dan sudahkah kita menjalankan wasiatnya, ataukah kita malah berpaling dan tak menghiraukan wasiatnya.....? -- Wallahu a’lam bish-showabb –

Tidak ada komentar: